OPK FEUI 2001 dari Sudut Pandang Mahasiswa Baru


Sungguh hati saya merasa sedikit lebih lega setelah melalui tanggal 22 dan 23 Agustus di-OPK-kan, meskipun rasa lelah fisik masih begitu terasa hingga hari ini. Dari segala yang saya alami di Minggu yang baru lalu ini, saya meninggalkan tiap bagian kecil dari kejadian yang ada di Orientasi Pengenalan Kampus (OPK) dan mengundurkan diri ke belakang untuk melihat dari kejauhan akan suatu OPK secara utuh. Dengan perenungan yang saya lakukan, saya berusaha jujur dalam melihat setiap kegiatan dari segi manfaatnya untuk orientasi persiapan ke masa kuliah, meskipun saya juga menyadari bahwa semua opini hasil perenungan saya ini dalah bersifat subjektif.

Bila kita meninjau peraturan-peraturan yang ada, maka secara jujur kita menemukan kecenderungan mahasiswa baru sulit untuk menaatinya. Atau, kalaupun menaati segenap perintah dan peraturan, itupun dengan terpaksa. Sebab musabab hal ini, dari buah perenungan saya adalah, tidak adanya sebuah teladanpun yang diberikan. Padahal, kita semua sudah mengetahui bahwa sebuah teladan itu berbicara jauh lebih banyak dibanding dengan seribu perintah. Baiklah saya mengambil sebuah contoh kecil. Dalam hal tidak boleh menginjak rumput dengan alasan rumput lebih dulu hadir di FE daripada mahasiswa baru. Apakah alasan yang diberikan ini cukup logis dan rasional seperti yang terus didengung-dengungkan bila mahasiswa baru mau berargumen harus dengan alasan yang rasional? Apakah disini kita melihat sebuah contoh teladan yang nyata? Tidak jauh berbeda kasus pula dengan hal efesiensi waktu. Ketika saya melangkahkan kaki di kampus ekonomi Universitas Indonesia, saya berharap banyak nilai-nilai yang bersifat ekonomis dan efisien yang saya dapat pelajari. Tetapi nyatanya, seringkali saya harus menunggu sesuatu yang tidak jelas juntrungannya sampai timbul kesan kuat di hati saya dan juga di hati banyak orang tua mahasiswa baru bahwa acara mahasiswa baru ekonomi tidak akan usai sebelum fajar tenggelam dan kegelapan malam datang. Sampai saat ini, saya belum dapat menduga apakah di OPK ini juga diteladankan bagaimana menempatkan diri di posisi pihak lain, dalam hal ini posisi mahasiswa baru, mahasiswa baru yang sedang berusaha mengatasi campus shock ditambah lagi harus mengatasi bahayanya transportasi malam di kota besar seperti Jakarta.

Berbicara terus terang, saya kurang mengerti tentang senioritas dan segala konsekuensinya. Yang saya tahu adalah senior itu harus dihormati dan dihargai. Tentu saja, dalam hubungan nyata sehari-hari dan bukan seperti dalam format militer ketika berbaris, dsb. Hal yang cukup menggelitik buat saya adalah tema OPK kita kali ini yang berbicara tentang persaudaraan, tetapi entah mengapa kalau hingga OPK ini selesai saya jalani, saya belum juga dapat merasakan persaudaraan dengan mereka yang dikasih kesempatan oleh Yang Di Atas untuk lebih dulu beberapa tahun saja menempati FEUI. Apakah OPK yang menjunjung senioritas seperti tahun ini adalah satu-satunya cara memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru? Ataukah OPK ini terus dijalankan setiap tahun hanya untuk mempertahankan sebuah tradisi?

Banyak orang diluar sana mengatakan OPK adalah untuk melatih mental, sikap, dan kedisiplinan yang berguna sekali untuk melanjutkan kehidupan kita mendatang. Tetapi, menurut hemat saya yang sudah dua kali mengalami hal serupa OPK ini, tidaklah mungkin dalam waktu dua hari segala sifat-sifat buruk kita dibuang. Perlu waktu yang cukup lama dan kondisi-kondisi yang khusus untuk pembentukan karakter kita. Atau, seringkali juga saya mendengar pendapat orang untuk menjadikan OPK itu sebagai sebuah pengalaman. Tetapi apakah gunanya pengalaman kalau itu tidak menjadi guru yang terbaik buat kita? Lalu, bagaimana bila menganggap OPK ini sebagai sebuah kenangan belaka? Tetapi kembali saya kesulitan untuk menggolongkan OPK ini ke dalam kategori kenangan manis atau kenangan yang patut dilupakan.

Meskipun begitu, tidaklah ‘fair’ bila kita memandang suatu situasi hanya dari satu sisi saja. Dapat pula saya temukan manfaat dari kegiatan OPK ini yaitu saya bisa mengenal teman – teman seangkatan FE. Begitu juga dengan sifat–sifat anak UI mulai saya kenali, walaupun baru di bagian kulitnya saja.

Akhir kata, saya memohon maaf bila ada kata-kata saya yang kurang berkenan. Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih untuk kesmpatan menuangkan opini di selembar kertas ini dan untuk kesediaan meluangkan waktu membaca opini sederhana ini.

Comments